Berita  

Raih Doktor Usai Kupas Strategi Manajemen Dakwah Media Pesantren

banner 120x600

Penulis: Rio Adhit |

Surabaya, pelitaprabu.com |

Syaifudin Zuhri, akademisi UIN Sunan Ampel Surabaya sekaligus anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Masangankulon, Sidoarjo, resmi meraih gelar doktor bidang Studi Islam. Ia dinyatakan lulus dengan predikat pujian (cumlaude) usai mempertahankan disertasinya dalam Sidang Ujian Terbuka Program Pascasarjana UINSA Surabaya, Selasa (17/6/2025).

Dalam disertasi berjudul “Manajemen Televisi Dakwah (Studi Strategi Jaringan Madu TV Tulungagung)”, Syaifudin menelaah secara mendalam strategi eksistensi media dakwah berbasis pesantren di tengah disrupsi digital. Penelitiannya menyoroti pentingnya sistem manajemen yang terstruktur dalam pengelolaan media dakwah, terutama dalam menjawab tantangan era konvergensi media.

“Manajemen bukan sekadar urusan teknis administratif. Dalam konteks media dakwah, manajemen adalah tulang punggung keberlangsungan misi keagamaan di tengah dinamika teknologi dan pasar,” ujar Syaifudin, yang akrab disapa Didin, dalam paparannya.

Sebagai dasar teoritik, ia menggunakan pendekatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) dari George R. Terry untuk menganalisis proses manajerial Madu TV. Menurutnya, keberhasilan Madu TV tidak lepas dari kemampuannya merencanakan strategi siaran, membangun struktur organisasi yang responsif, menggerakkan tim kerja secara sinergis, serta melakukan pengawasan konten dan mutu siaran secara konsisten.

Madu TV, yang berbasis di Pesantren Ma’dinul Ulum Campurdarat, Tulungagung, dinilai mampu menjaga keberlangsungan siarannya dengan konten dakwah yang moderat dan inklusif. Tak hanya menyasar santri, televisi ini juga menjangkau audiens yang lebih luas, seperti alumni pesantren, komunitas muslim perkotaan, hingga masyarakat umum lintas etnis dan kelompok.

“Ini contoh televisi lokal yang sehat secara bisnis dan kuat secara konten. Siarannya mencerahkan, mendidik, dan tetap menghibur,” tambahnya.

Dalam disertasinya, Syaifudin memetakan tiga tantangan besar yang dihadapi media dakwah televisi saat ini:
1. Konflik kepentingan antara pengelola konten dan pemilik modal;
2. Kompetisi ketat antar media, baik konvensional maupun digital;
3. Tuntutan integrasi dan adaptasi terhadap teknologi penyiaran digital.
Untuk memperkuat analisis, ia juga menggunakan pendekatan determinisme teknologi (Marshall McLuhan) dan difusi inovasi (Everett Rogers), yang membantunya menjelaskan bagaimana media dakwah seperti Madu TV melakukan transformasi digital dan membangun jaringan siaran ke berbagai daerah, termasuk Kediri, Jombang, Mojokerto, Blitar, hingga Surabaya.

Ketua sidang terbuka, Prof. Dr. H. Masdar Hilmy, MA, Ph.D., memberikan apresiasi atas kontribusi ilmiah tersebut. Ia berharap temuan disertasi ini bisa menjadi referensi strategis dalam pengembangan manajemen media dakwah ke depan.

Menariknya, Syaifudin menyelesaikan studi doktoralnya dalam waktu relatif singkat, hanya enam semester. Ia juga dikenal aktif di berbagai bidang, mulai dari akademisi, pegiat media, mubaligh hingga pernah menjabat sebagai Komisioner KPID Jawa Timur dua periode.

Disertasinya menjadi bukti bahwa dakwah tidak hanya bisa dilakukan dari podium atau mimbar, tetapi juga melalui strategi manajemen media yang cermat dan modern.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *