Berita  

Bawa Isu Mental Health, Teater SUA Surabaya Sukses Gelar Pentas Drama “Dialektika Surup: Warung Bu Mega”

banner 120x600

Penulis : Ike Febrianti |

Surabaya, pelitaprabu.com |

Teater SUA Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Ampel Surabaya kembali menggelar sebuah pementasan drama berjudul “Dialektika Surup: Warung Bu Mega” di Auditorium UINSA, pada Jumat (30/8/2024) malam.

Pementasan yang dimulai sekitar pukul 20.00 WIB ini menampilkan sebuah drama bergenre psychology thriller.

Penulis naskah sekaligus sutradara Johan Maulana membeberkan, naskah yang dipentaskan berangkat dari keresahannya terhadap isu kesehatan mental yang ada di lingkungan sekitar.

“Naskah dan pementasan ini lahir akibat keresahan saya terhadap isu mental health yang ada di sekeliling saya, dari isu dasar yang sifatnya personal saya melihat banyak sekali masalah-masalah sosial yang timbul akibat mental health yang kacau,” beber Johan selaku sutradara pementasan, Minggu (1/9/2024).

“Melalui basic issue personal tersebut, saya membuat hipotesis terkait pentingnya komunikasi antarpersonal seperti berbagi perasaan (curhat), agar isu mental health tidak menjalar menjadi isu sosial yang lebih kompleks,” lanjutnya.

Ia menjelaskan, naskah pementasan berjudul “Dialektika Surup: Warung Bu Mega” ini bercerita tentang kesibukan di Warung Bu Mega, di mana setiap pelanggan yang datang ke warung tersebut membawa masalah hidupnya masing-masing, yang berdampak pada kesehatan mental mereka.

Suasana pementasan Teater Sua

Dalam cerita tersebut, Bu Mega digambarkan sebagai sosok yang tenang dan seorang pendengar yang baik untuk para pelanggannya. Namun plot twist yang mengejutkan adalah dibalik sikap tenang Bu Mega, ternyata ia adalah seorang sosiopat yang juga menyimpan sebuah masalah yang cukup tragis, yakni anaknya (Akhsan) meninggal dunia dengan cara bunuh diri.

“Masalah tersebut akhirnya dibongkar oleh Angel (mantan pacar anak Bu Mega), hal ini pun memicu kemarahan Bu Mega. Dalam keadaan emosional tersebut, Bu Mega akhirnya mengungkap jati diri yang sebenarnya,” pungkas Johan.

Lebih lanjut, pementasan yang berdurasi kurang lebih satu jam ini telah membuat decak kagum penonton, beberapa adegan sempat membuat penonton bersorak-sorai merasakan gemuruh suasana yang tercipta, bahkan penonton juga masih tetap bertahan menyaksikan pementasan hingga akhir.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *