Penulis : Bintang Asvian |
Sidoarjo, pelitaprabu.com |
Dua paslon sudah sah berkompetisi di Pilkada Kabupaten Sidoarjo pada November nanti. Paslon Subandi – Mimik (BAIK) dan Iin – Edi (SAE) mulai menata barisan.
Masyarakat Sidoarjo sudah mulai kasak-kusuk siapa yang bakal dipilih nanti. Gerakan Arek Sidoarjo Anti Korupsi (GASAK) yang lahir dari rahim masyarakat ikut mencermati konstelasi politik Sidoarjo pasca pendaftaran paslon di KPUD (01/09/2024).

Tias Adhi Pimpinan GASAK menyatakan ajakan untuk bersama-sama mensukseskan Pilkada Sidoarjo. Ia berharap Pilkada Sidoarjo kali ini dapat menemukan pemimpin daerah yang anti pada korupsi. Baginya Bupati Sidoarjo sudah tiga kali kesandung korupsi adalah cidera demokrasi.

Perang opini mulai memanas. Muncul narasi Dinasti Politik VS Dinasti Koruptor. Bagi Tias Adhi hal tersebut wajar dalam iklim berdemokrasi, sebab nalar demokrasi akan memfasilitasi beragam perbedaan.
Ketika ditanya mengenai hal tersebut, ia menyampaikan bahwa narasi Dinasti Politik adalah tidak berdasar, karena bangunan demokrasi kita menganut sistem pemilihan bukan warisan seperti yang berlaku dalam sistem pemerintahan monarki/kerajaan.
“Faktanya yang harus diwaspadai adalah menguatnya konsolidasi Dinasti Koruptor. Mereka disokong oleh kekuatan partai yang selama ini melahirkan tiga pemimpin Sidoarjo yang berakhir di KPK. Maka jangan beri lagi mereka kesempatan merebut kembali kursi kekuasaan Kabupaten Sidoarjo. Sejak hari ini mari kita serukan untuk anti pada Dinasti Koruptor. Yakinlah masyarakat sudah cerdas mana yang akan dimenangkan.” ulas pria yang sehari-hari menjadi ASN di salah satu kampus Islam di Surabaya ini.















