Berita  

Tragis! Pelajar SMK di mojokerto Tewas Diduga Tak Wajar: Ibu Menolak Diam, LBH Ansor Bergerak

banner 120x600

Penulis: Hasyim Asy’ari|

Mojokerto, pelitaprabu.com|

 

Selasa, 10 Juni 2025 – Duka mendalam menyelimuti keluarga Muhammad Afan (17), siswa SMK Raden Rahmat Mojosari, yang ditemukan meninggal dunia di Sungai Brantas pada Senin, 5 Mei 2025. Kematian pelajar kelas XI ini menyisakan banyak tanda tanya dan memicu seruan keadilan dari pihak keluarga serta masyarakat.

Sudah lebih dari sebulan berlalu, namun keluarga korban belum mendapatkan jawaban memuaskan dari pihak kepolisian. Mereka menilai penjelasan penyidik Polres Mojokerto masih menyisakan banyak kejanggalan, baik dari lokasi penemuan jenazah, estimasi waktu kematian, hingga kondisi tubuh korban saat ditemukan.

“Saya tidak bisa menerima ini begitu saja. Anak saya pergi dalam keadaan sehat, tiba-tiba diberi kabar bahwa dia sudah meninggal. Banyak hal yang tidak dijelaskan. Saya tidak akan diam sampai semuanya terang,” ujar ibu Afan dengan mata berkaca-kaca.

Merespons ketidakpuasan keluarga terhadap penanganan kasus, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Ansor Jawa Timur menyatakan kesiapannya untuk memberikan pendampingan hukum secara menyeluruh. Mereka menilai kematian seorang pelajar seperti Afan harus diusut secara serius dan transparan.

“Kematian seorang pelajar tidak boleh dipandang remeh. Negara harus hadir, dan kepolisian wajib mengusut secara terbuka, jujur, dan tuntas. Jangan sampai keadilan hanya berpihak pada yang kuat, sementara suara ibu yang kehilangan anaknya diabaikan,” tegas Ketua LBH Ansor Jawa Timur.

LBH Ansor juga menyerukan agar penyelidikan dibuka kembali dengan pengawasan internal, termasuk melibatkan Wasidik dan Bidpropam untuk memastikan objektivitas dan integritas proses hukum. Keterlibatan publik dianggap penting demi menjaga transparansi dan akuntabilitas.

 

Kronologi: Dari Duel Antar Pelajar hingga Penemuan Jasad

Menurut informasi dari keluarga, insiden bermula pada Jumat pagi, 2 Mei 2025, ketika berlangsung pertandingan sepak bola antar kelas X dan XI di lingkungan sekolah. Pertandingan itu memicu konflik antara dua siswa, Syamsul dan Rifqi, yang berujung pada tantangan duel.

Sekitar pukul 11.00 WIB, usai sekolah, Syamsul bersama Afif, Yusuf, dan Afan mendatangi lokasi duel di depan Pabrik Sosro, Dusun Mbeduran, Desa Awang-Awang. Dalam perkelahian tersebut, Rifqi mengalami kekalahan.

Pada malam harinya, sekitar pukul 23.00 WIB, kakak Rifqi, Syawal, mendatangi rumah Syamsul. Pertemuan itu berujung pada kesepakatan damai secara lisan.

Namun pada Sabtu, 3 Mei 2025, situasi kembali memanas. Syamsul dan Afan didatangi oleh seorang kakak kelas bernama Teguh dan kemudian dibawa oleh Rio, paman Rifqi, ke rumah Rifqi. Saat tiba di depan rumah, Rio diduga berteriak sambil mencari senjata, membuat Syamsul dan Afan panik dan melarikan diri.

Syamsul bersembunyi di tepi Sungai Brantas hingga sore hari dan mengaku terakhir kali melihat Afan dalam kondisi sehat.

Dua hari kemudian, pada Senin, 5 Mei 2025, jasad Afan ditemukan mengambang di Sungai Brantas. Sebuah video yang memperlihatkan kondisi jasad korban sempat beredar di media sosial, memperkuat keresahan publik.

Kematian Afan meninggalkan luka yang dalam dan sederet pertanyaan yang belum terjawab. LBH Ansor dan keluarga korban mendesak aparat penegak hukum untuk melakukan penyelidikan secara terbuka, profesional, dan berpihak pada kebenaran.

“Ini bukan sekadar kasus biasa. Ini panggilan moral bagi kita semua. Kebenaran tidak boleh dikubur bersama jasad korban,” tutup Ketua LBH Ansor.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *