Penulis : Benny Leonard
Kupang, NTT | pelitaprabu.com
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Johni Asadoma, melemparkan tantangan besar kepada komunitas Batak di NTT.
“Bersinergi atau NTT tertinggal!” Demikian isi pidato berapi-api Wagub di pelantikan pengurus Ikatan Keluarga Besar Batak (IKBB) Saroha NTT Periode 2025-2030.
Johni menegaskan bahwa semangat kerja keras dan solidaritas khas Batak harus menjadi motor penggerak pembangunan NTT.
“Kami butuh tenaga kalian !” Sambungnya.
Johni Asadoma buka pintu kolaborasi lebar – lebar.
Johni tidak main-main. Ia meminta IKBB Saroha NTT terlibat langsung dalam penanganan stunting, peningkatan pendidikan, pengembangan UMKM, hingga gerakan One Village One Product (OVOP).
“Kalian punya jaringan bisnis yang kuat. bantu kami buka pasar untuk produk lokal NTT!” serunya di hadapan ratusan anggota IKBB Saroha pada acara pelantikan pengurus di Hotel Aston Kupang (19/7/2025).
Dari masalah kesehatan (stunting) hingga mutu pendidikan di NTT yang masih rendah, perkumpulan Batak IKBB Saroha NTT diminta untuk berpartisipasi untuk membangun kesehatan dan pendidikan masyarakat NTT dimana SDM IKBB Saroha NTT punya potensi besar di bidang tersebut.
Wagub Johni menekankan, NTT tidak bisa maju sendirian. “Kami butuh diaspora, komunitas, dan semua pihak. termasuk kalian, orang Batak!” ujarnya, sambil menyebut gerakan penanaman pohon dan pelestarian lingkungan sebagai salah satu bidang yang bisa digarap bersama.
Wagub meminta kepada pengurus IKBB Saroha supaya merealisasikan janji bahwa siap membantu pemerintah membangun NTT bukan hanya sebatas narasi tetapi diwujudkan dalam aksi nyata jangan hamya pemanis.
drg. Manginar Sidabutar, Ketua Umum IKBB Saroha, menyambut baik ajakan Wagub Johni dan berharap dapat berkolaborasi dengan pemerintah provinsi NTT dalam mewujudkan program-program kerja IKBB Saroha yang telah dibuat seperti program desa binaan atau percontohan IKBB Saroha yang berfokus pada pendidikan dan kesehatan masyarakat desa dalam upaya menekan masalah stunting.
Program lain adalah membangun kantor sekretariat yang juga akan berfungsi sebagai rumah singgah bagi saudara dari Sumatra Utara yang merantau ke NTT.
Pertanyaan kritis bisakah kolaborasi etnis jadi solusi atasi keterbelakangan NTT?
Di balik semangat kolaborasi ini, muncul pertanyaan akankah Pemerintah Provinsi NTT benar-benar memberi ruang kepada IKBB Saroha, atau ini hanya strategi pencitraan politik?
“Kami siap berkontribusi, tapi jangan sampai kami hanya jadi alat kampanye,” tegas seorang anggota IKBB yang enggan disebut namanya.
Wagub Johni Asadoma telah melempar tantangan sejarah kepada IKBB Saroha. Kini, bola ada di tangan komunitas Batak di NTT maukah mereka menjadi lokomotif perubahan, atau hanya jadi penonton?