Penulis: Hasyim|
Sidoarjo, pelitaprabu com |
Duka mendalam menyelimuti dunia pesantren Jawa Timur. Runtuhnya bangunan mushala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, pada Senin (29/9/2025) menjadi tragedi memilukan. Sekitar 200 santri yang tengah menunaikan ibadah shalat Ashar tertimpa reruntuhan akibat proses pengecoran bangunan yang diduga tidak matang.
Tragedi ini menggoreskan luka di hati umat, terlebih saat dikabarkan puluhan santri tertimbun lebih dari 24 jam. Hingga Selasa (30/9), tercatat 60 santri masih terjebak di bawah reruntuhan, sementara 98 lainnya mengalami luka-luka. Tiga santri, yakni Maulana Alfan Abrahimafic, Mochammad Mashudulhaq, dan Muhammad Soleh, telah berpulang usai berjuang dalam timbunan material.
Senator DPD RI asal Jawa Timur, Lia Istifhama yang sapaan ning lia, menyampaikan rasa duka mendalam. Ia menegaskan bahwa musibah ini bukan hanya milik keluarga santri, melainkan duka seluruh umat.
“Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka kepada penuntut ilmu karena ridha kepada apa yang dituntutnya.”(HR. Thayaalisi dari Shafwan bin ‘Asal)
“Para santri adalah pelita kehidupan. Senyum dan kesungguhan mereka dalam menuntut ilmu adalah cahaya bagi umat. Maka setiap tangis dan luka mereka, sejatinya juga menyayat hati kita semua,” ujar ning Lia.
Lia mengutip sabda Rasulullah SAW tentang kemuliaan para pencari ilmu, sebagaimana termaktub dalam Adabul ‘Alim wal Muta’allim karya Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari. Bahwa para penuntut ilmu adalah pelita umat di dunia dan akhirat.
“Dari musibah ini kita belajar, betapa pentingnya menjaga keselamatan para santri. Mereka bukan hanya generasi penerus bangsa, tetapi juga pewaris moralitas agama. Kita doakan agar para korban yang wafat husnul khotimah dan para korban selamat segera pulih,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan harapan agar para wali santri yang kehilangan putra tercinta mendapatkan ketabahan. “Hadis Nabi menegaskan, anak-anak yang meninggal sebelum dewasa akan menjadi penjemput orang tuanya di pintu surga. Semoga keyakinan ini menjadi oase bagi keluarga di tengah kepedihan.” ungkap ning lia
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan operasi evakuasi dilakukan maksimal dengan kolaborasi Basarnas, BPBD, TNI, Polri, hingga relawan. Kendala teknis berupa kondisi reruntuhan yang labil membuat penggalian harus dilakukan hati-hati agar tidak menimbulkan risiko tambahan.
Kepala Basarnas menjelaskan, tim bekerja dalam shift pendek karena keterbatasan ruang sempit, hanya sekitar 60 sentimeter, yang membuat proses evakuasi berlangsung lamban.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa turut hadir meninjau lokasi. Ia menegaskan seluruh biaya layanan kesehatan korban ditanggung pemerintah. RSUD Sidoarjo, RS Islam Siti Hajar, dan RS Delta Surya telah disiagakan sebagai rujukan.
“Seluruh biaya layanan kesehatan korban kami pastikan ditanggung, baik oleh Pemkab Sidoarjo maupun Pemprov Jatim. Keluarga tidak boleh terbebani dalam situasi berat ini,” tegas Khofifah.
Dalam pesannya, Lia Istifhama menutup dengan doa agar para santri yang wafat dicatat sebagai syuhada ilmu.
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan masuk neraka seorang pun yang mengerjakan shalat sebelum matahari terbit (shalat Subuh) dan sebelum matahari terbenam (shalat Ashar).” (HR. Muslim, 634)
“Para santri yang wafat di tengah shalat Ashar insyaAllah meninggal dalam keadaan husnul khotimah. Semoga musibah Al Khoziny menjadi pengingat kita semua untuk lebih menjaga keselamatan para pencari ilmu. Karena mereka adalah pelita umat dan cahaya bangsa,” pungkas ning Lia.***