Penulis : Tias Satrio Adhitama |
Sidoarjo, pelitaprabu.com |
Perihal jembatan ambruk di Kedungpeluk, Kecamatan Candi, Sidoarjo menjadi persoalan serius. Mengingat jembatan tersebut menjadi akses transportasi satu-satunya penghubung antar desa. Sejak runtuhnya jembatan tersebut (16/07/2024) otomatis turut melumpuhkan aktifitas ekonomi warga Kedungpeluk.
Para penghasil dari tambak udang Kedungpeluk tidak dapat lagi menggunakan kendaraan roda empat untuk kegiatan ekonomis via jembatan tersebut. Pengiriman hasil tambak menjadi terganggu karena memang mengandalkan jembatan tersebut.
Dilansir dari rri.co.id, salah satu warga bernama Madenan sebagai petani tambak menyatakan jika warga yang mayoritas petani tambak selama ini hanya mengandalkan tranportasi yang lancar. Ia mengungkapkan bahwa ambrolnya jembatan ini otomatis tranportasi mereka terganggu.
Atas insiden tersebut, warga pesisir dan petani tambak Sidoarjo, menggelar aksi demo menuntut pemerintah segera membangun jembatan darurat (21/07/2024). Aspirasi warga Kedungpeluk tersebut kemudian ikut didengar oleh Bolone Abah Subandi (BAS).
Ketika tim BAS berkunjung ke Pendopo Wibawa Delta Kabupaten Sidoarjo, BAS sekaligus membawa perihal tersebut untuk disampaikan kepada Plt Bupati Sidoarjo Subandi SH, M. Kn (22/07/2024). Fauzan yang kebetulan domisilinya dekat dengan lokasi jembatan, menyampaikan perihal ini dan kemudian didiskusikan bersama.
Subandi menyatakan sudah melihat jembatan roboh tersebut. Ia mengatakan bahwa dalam satu minggu ini akan segera dikerjakan, termasuk pengerahan alat berat untuk mengangkat jembatan yang ambruk dari dalam sungai. Untuk percepatan sekarang dalam tahap pelelangan dalam 20 hari. Pengerjaan memakan waktu satu hingga tiga bulan.
“Jembatan bailey masih di Madura yang dipinjami dari Sekda Provinsi rencana dikirim hari ini dan instalasinya jembatan bailey akan memakan waktu satu minggu” tambahnya.***