Indeks
Berita  

Gema Suci di Tanah Flobamorata Menyambut Kepulangan Jemaah Haji

Penulis : Benny Leonard |

Surabaya, pelitaprabu.com |

Malam merangkak larut di Asrama Haji Sukolilo, Jumat (04/07/2025). Udara Surabaya yang lembap seakan menahan napas, menjadi saksi bisu sebuah episode kepulangan. Di antara koridor yang pernah melepas mereka dengan doa, kini menyambut kembali wajah-wajah yang sama, namun dengan tatapan yang berbeda. Jejak kelelahan fisik berpadu dengan gurat kepenuhan batin. Mereka adalah Jemaah Haji asal Nusa Tenggara Timur, kloter 74 dan 75, yang baru saja menyelesaikan sebuah perjalanan melintasi ruang geografis dan labirin spiritual.

Di tengah mereka, berdiri Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena. Kehadirannya bukan sekadar formalitas protokoler seorang kepala daerah. Malam itu, ia menjelma menjadi seorang sahabat, seorang filsuf, yang mencoba memaknai kembali esensi sebuah ‘kepulangan’. Sambutannya melampaui ucapan “selamat datang”, ia mengajak para jemaah untuk masuk ke dalam sebuah refleksi yang lebih dalam tentang apa artinya kembali setelah menyentuh yang sakral?

“Sangatlah beruntung orang-orang yang telah menunaikan Ibadah Haji, karena ibadah Haji merupakan suatu ziarah spiritual,” ujar Gubernur Melki.

Kalimat ini bukan basa-basi, melainkan sebuah gerbang menuju pemahaman. Haji, dalam lensanya, adalah sebuah proses transformasi diri dan transformasi sosial. Sebuah penempaan jiwa yang terjadi lewat pengorbanan, penahanan diri dari kesenangan duniawi, dan yang terpenting, kesabaran.

Gubernur Melki mengingatkan, ujian kesabaran para jemaah tidak hanya terjadi di tengah lautan manusia di Tanah Suci. Ia telah dimulai jauh sebelumnya, dalam penantian bertahun-tahun dalam daftar tunggu. Haji, dengan demikian, adalah sebuah universitas kesabaran. Sebuah kurikulum panjang yang melatih manusia untuk berdamai dengan waktu dan kehendak-Nya.
Lalu, apa buah dari perjalanan agung ini? Gelar “Haji” dan “Hajjah”?

Gubernur Melki Laka Lena dengan tajam menusuk ke jantung persoalan. Ia menantang sebuah persepsi bahwa menjadi mabrur dan mabruroh, menurutnya, bukanlah tentang penambahan status sosial. Ia mengutip sebuah Hadits Rasulullah yang mendefinisikan kemabruran dengan dua tindakan fundamental: “memberikan makanan dan menebarkan kedamaian.”

Di sinilah dialektika antara yang sakral dan profan menemukan titik temunya. Ibadah vertikal di tanah suci baru paripurna ketika ia memanifestasikan dirinya dalam aksi horizontal di tanah air. Gubernur Melki secara eksplisit mengikat kemabruran haji dengan panggilan untuk menjadi solusi di Nusa Terindah Toleransinya.

Ia memanggil para haji untuk menjadi garda terdepan dalam merawat kebhinekaan, berkata santun (thayyibul kalam), dan yang terpenting, memiliki kepedulian sosial (ith’amut tha’am) untuk melawan monster-monster nyata di NTT yaitu kemiskinan, stunting, hingga Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).

Di penghujung malam, di antara riuh rendah suara jemaah yang melepas rindu dan lelah, sebuah momen hening tercipta. Gubernur mengajak semua menundukkan kepala. Bukan untuk tidur, tetapi untuk berdoa bagi lima jiwa yang memulai perjalanan yang sama, namun menyelesaikan ziarahnya di keabadian. Sebuah pengingat pedih namun khusyuk, bahwa setiap perjalanan memiliki takdirnya sendiri. Laporan Kepala Kanwil Kemenag NTT, Reginaldus Serang, tentang angka-angka 612 yang kembali, 5 yang berpulang menjadi catatan kaki yang membingkai narasi besar tentang hidup, ibadah, dan kematian.

Malam itu, di Sukolilo, Gubernur Melki Laka Lena tidak hanya menyambut warganya. Ia menyambut para filsuf yang baru pulang dari laboratorium kehidupan. Ia membaur, menyalami satu per-satu, membiarkan dirinya menjadi bagian dari keakraban itu. Swafoto menjadi artefak kebahagiaan. Dan dalam setiap jabat tangan dan senyuman, tersirat sebuah pesan universal. Perjalanan haji mungkin berakhir di peta, namun ziarah sejati di relung jiwa baru saja dimulai. Tugas mereka kini adalah membawa Ka’bah di dalam hati, menebarkan gema sucinya di setiap sudut Flobamorata yang menanti.***

Exit mobile version