Indeks
Berita  

OPINI: Peresmian Tetenger Gubug Ananta Raya Oleh Wakil Bupati Sidoarjo, Munculnya Sosok Dewi Kilisuci Pertanda Bangkitnya Jenggolo–Sidoarjo

Penulis : Ki Ng.Sigit Imam Basuki |

Sidoarjo, pelitaprabu.com |

Peristiwa peresmian Tetenger Gubug Ananta Raya di Taman Tanjung Puri,Sidoarjo, oleh Wakil Bupati Sidoarjo Hj. Mimik Idayana bukan sekadar seremoni belaka. Ia adalah peneguhan arah baru, sebuah ajakan untuk menyelami kembali akar sejarah dan spiritualitas Bumi Delta yang lama terpendam.

Di tengah gemuruh zaman modern, munculah sosok Dewi Kilisuci, tokoh legendaris dari masa keemasan Prabu Airlangga yang hadir dalam wujud simbolik, memancarkan aura kebijaksanaan dan ketenangan. Ia bukan hanya tokoh masa lalu, melainkan pertanda kebangkitan kesadaran budaya, khususnya terhadap jejak peradaban Jenggolo, cikal bakal Sidoarjo masa kini.

Tetenger Gubug Ananta Raya sendiri adalah lambang perenungan dan kesinambungan.

Ananta berarti tak terbatas, Raya berarti besar, sebuah rumah ide dan semangat, tempat tumbuhnya gagasan besar dari kesunyian dan kesadaran. Dan hadirnya Dewi Kilisuci di momen itu menjadi panggilan batin:
bahwa Sidoarjo tak cukup hanya membangun fisik, tapi juga harus membangun jiwa.

Bangkitnya Jenggolo bukan sekadar mengenang sejarah kerajaan, tapi menyalakan kembali semangat kejayaan lokal, semangat swadaya, kebudayaan, dan keagungan moral. Dengan dibangunnya tetenger ini, masyarakat diingatkan akan pentingnya mencintai tanah kelahiran, menjaga warisan, dan memuliakan leluhur.

Dewi Kilisuci tidak datang untuk disembah, melainkan untuk mengingatkan bahwa jiwa bangsa tak akan tegak, jika tak mengenal akar.
Makna Gubug Ananta Raya menjadi titik mula, tempat semangat Jenggolo disemai kembali menuju Sidoarjo yang lebih berbudaya, lebih bermartabat.

Bait Syair Ki Ng.Sigit Imam Basuki

“Di antara kabut pagi yang menggantung di kaki Gunung Penanggungan,
Di taman kecil nan asri, Tanjung Puri,
Sebuah gubug kayu berdiri sederhana namun penuh makna,
Gubug Ananta Raya, tetenger sejarah yang dibangkitkan.”

Di hadapan rakyat dan para saksi zaman, Sang Wakil Bupati menancapkan harap dan doa pada bumi yang mulai lupa dirinya.

Dan saat doa dilangitkan,
hadirlah sosok agung, Dewi Kilisuci, dalam sinar pagi yang membelah candi.

Ia bukan sekadar bayangan,
tapi pertanda, bahwa Jenggolo belum mati.
Ia masih hidup dalam denyut tanah, dalam nyanyian angin,
dalam langkah kaki anak-anak muda yang mulai menoleh ke belakang.

Hari ini, Sidoarjo tak lagi sekadar industrial. Ia adalah tanah yang menyimpan legenda. Tanah yang dipanggil oleh leluhur—untuk bangkit,
untuk kembali menemukan dirinya.”***

Exit mobile version