Indeks
Berita  

OPINI : Idul Fitri Momentum Berbenah dan Ishlah

Penulis : Tias Satrio Adhitama|

Sukabumi, pelitaprabu.com |

 

Bulan puasa Ramadhan selesai. Satu bulan lamanya digembleng arti kesabaran dan kuat menghadapi godaan. Satu bulan menjadi momentum bebersih diri dalam makna personal.

Selesai bulan Ramadhan kita bertemu hari raya Idul Fitri 1446 Hijriah. Momentum dalam situasi bulan Syawal menjadi ruang saling bermaaf-maafan dan salaman. Momentum bebersih diri dalam makna komunal kolektif.

Sabda Rasulullah Saw:

تَصَافَحُوا يَذْهَبِ الْغِلُّ وَتَهَادَوْا تَحَابُّوا وَتَذْهَبِ الشَّحْنَاءُ

“Bersalamanlah kamu, ia menghilangkan dengki. Saling memberi hadiahlah kamu, maka kamu akan berkasih sayang dan menghilangkan permusuhan”. (HR. ad-Dailami dalam Musnad al-Firdaus).

Idul Fitri sebagai Ruang Ishlah

Allahu Akbar, Wa Lillahi – l – hamdu. Suara pujian untuk Allah Maha Penguasa alam semesta. Malam ini puji-pujian kepada Tuhan terdengar dari setiap surau dan masjid. Sungguh indah.

Suasana Idul Fitri ditandai dengan lantunan takbir kepada-Nya. Sungguh suasana yang penuh khidmat dan menjadi pertanda bahwa hidup masih dipenuhi dosa. Membersihkan dosa salah satunya dengan saling memaafkan.

Dalam konteks sosial, Idul Fitri merupakan ruang ishlah dalam rangka memperbaiki hubungan antar manusia. Jalinan hubungan yang selama ini bisa jadi ada gesekan yang tidak beraturan, kesalahfahaman atau mungkin cekcok berkepanjangan. Maka melihat Idul Fitri sebagai tempat kita berdamai, meluruskan kesalahan dan introspeksi antar anak Adam.

Sungguh momentum yang akan berdampak pada nilai-nilai positif kemanusiaan. Jejalin sosial kembali dirajut. Kebersamaan kembali dikondisikan untuk membaik dan menemukan solusi bagi arti persatuan. Momentumnya adalah ishlah.

Tuhan akan membersamai cinta kasih antar makhluk ciptaannya. Nilai-nilai toleransi, tenggang rasa dan gotong royong adalah harapan besar bagi lahirnya peradaban yang lebih baik. Sebab majunya peradaban salah satunya ditandai oleh skema persatuan, solidaritas dan kekompakan.

Nikmat Tuhan akan terus kita syukuri sebagai manifestasi dari cara kita berbangsa dan bernegara. Logika kemanusiaan adalah usaha besar dalam memastikan pembangunan negeri ini berkelanjutan. Bersama kita mampu untuk menyokong peradaban yang lebih maju dengan maksud serta niat ibadah.

Pada konsepsi kepemimpinan Prabowo Gibran hari ini, kita bersama meyakini bangsa besar ini akan bertumbuh lebih baik. Kita kembali berbaikan. Kita bersama sepakat bahwa ketaatan pada Ulil Amri (pemimpin) adalah ikhtiyar kita untuk menuju Indonesia Emas.***

Penulis adalah Ketua DPW Pelita Prabu Provinsi Jawa Timur.


 

Exit mobile version